A. Penghargaan terhadap Nilai Harta
Allah SWT sebelum
menciptakan manusia telah terlebih dahulu menciptakan bumi dan langit serta beragam isinya. Seluruh yang Allah SWT ciptakan itu sesungguhnya adalah
fasilitas yang dipersiapkan bagi manusia. Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 29
هُوَ الَّذِي خَلَقَ
لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ
سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dia-lah
Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu kemudian Dia
berkehendak menuju langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Diantara fasilitas yang Allah SWT sediakan ada yang
berlabel harta atau maal yang salah satu artinya adalah kecenderungan
hati. Sebagai fasilitas harta itu harus dikelola agar kemanfaatannya dapat
optimal dan efektif.[1]
B.
Distribusi Kekayaan
Pendistribusian
kekayaan sering
diidentikkan pula dengan pendistribusian pendapatan. Sistem ekonomi kapitalis dan sistem
ekonomi sosialis belum dapat memberikan
solusi yang adil dan merata terhadap masalah pendistribusian dalam masyarakat. Maka,
muncullah ekonomi Islam yang akan berusaha
memaksimalkan kesejahteraan total dan bukan hanya kesejahteraan marginal melalui zakat, infaq, dan sedekah.[2]
1. Zakat
a. Pengertian Zakat
Zakat berasal
dari kata zaka artinya tumbuh dengan subur, zaka sebagaimana
dalam al-Qur’an adalah suci dari dosa.[3] Zakat adalah sesuatu yang hukumnya
wajib diberikan dari sekumpulan harta benda tertentu, menurut sifat dan ukuran
tertentu kepada golongan tertentu yang berhak menerimanya.[4]
Istilah lain zakat adalah infak dan
sedekah. Infak pada hakikatnya adalah penyerahan harta untuk kebajikan. Sedekah
adalah sesuatu yang diberikan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.
Zakat juga disebut sodaqah karena salah satu tujuan zakat adalah mendekatkan
diri pada Allah sebagai implementasi dari keyakinan terhadap Tuhan.
حَدَثَنَا اِسْمَاعِيْلُ قَالَ حَدَّثَنِيْ مَالِكُ بْنُ اَنَسٍ عَنْ عَمِّهِ
اَبِي سُهَيْلِ بْنِ مَاِلِكٍ عَنْ اَبِيْهِ اَنَّهُ سَمِعَ طَلْحَةَ بْنَ عُبَيْدِ
اللهِ يَقُوْلُ جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مِنْ اَهْلِ نَجْدٍ ثَائِرَ الرَّأْسِ يُسْمَعُ دَوِيُّ صَوْ تِهِ وَلَا يُفْقَهُ
مَا يَقُوْلُ حَتَّى دَنَا فَاِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنِ الْاِ سْلَامِ فَقَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ
فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُ هَا قَالَ لَا اِلَّا اَنْ تَطَوَّعَ قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصِيَامُ رَمَضَانَ قَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُ
قَالَ لَا اِلاَّ اَنْ تَطَوَّعَ قَالَ وَذَ كَرَلَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الزَّكَا ةَ قَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لَا اِلاَّ اَنْ
تَطَوَّ عَ قَلَ فَأَ دْبَرَ الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُوْلُ وَاللهِ لَا اَزِيْدُ عَلَىَ
هَذَا وَلَا اَنْقُصُ قَالَ رَسُوْل ُللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَفْلَحَ
اَنْ صَدَ قَ
Seorang penduduk Najd datang pada Nabi, gaung suaranya terdengar namun
tidak dapat dipahami yang dia katakan sampai dekat dengan Nabi, beliau ditanya tentang
Islam. Nabi menjawab: “Shalat lima kali dalam sehari semalam.” “Apakah ada yang
lain bagiku?” “Tidak, kecuali sedekah dan puasa ramadhan”. Rasulullah menutur
zakat, lelaki itu berkata: “Apa ada yang lainnya?” “Tidak, kecuali sedekah.”
Kemudian lelaki itu pulang seraya berkata: “Demi Allah, saya tidak menambahi
dan tidak mengurangi.” Nabi bersabda: “Orang itu akan beruntung jika jujur.”
(HR. Bukhori)[5]
b. Kewajiban Zakat
Zakat hukumnya adalah wajib.
Kewajiban zakat selalu disebut dalam al-Qur’an setelah perintah sholat. HR. Bukhori:
حَدَ ثَّنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ
الْمُسْنَدِيْ قَالَ حَدَثَّناَ اَبُوْ رَوْحٍ الْحَرَمِيُّ بْنُ عُمَارَةَ قَالَ
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ وَاقِدِ بْنِ مُحَمَّدٍ قَالَ سَمِعْتُ ابَيِ يُحَدِّثُ
عَنْ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اُمِرْتُ
اَنْ اُقَاتِلَ النَّاسِ حَتَّى يَشْهَدُوا اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاَنَّ
مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ وَيُقِيْمُوا الصَّلَا ةَ وَيُؤْ تُوْا الزَّ كَاةَ فَاِ
ذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَا ءَ هُمْ وَ اَمْوَا لَهُمْ اِلاَّ بِحَقِّ
الْاِسْلَا مِ وَحِسَا بُهُمْ عَلَى اللهِ
Ibnu Umar berkata: “Saya diperintah memerangi
manusia sampai baca syahadat, mengajarkan shalat, mengeluarkan zakat. Apabila
mereka telah melakukan hal itu maka terjagalah darah dan hartanya, kecuali
dengan hak islam dan penghitungannya diserahkan pada Allah.”
Disamping itu, zakat memiliki
dampak sosial ekonomi yang baik, bahkan khalifah Abu
Bakar berani mengambil resiko akan memerangi orang yang tidak membayar zakat.
Ini menunjukkan betapa pentingnya zakat dalam kehidupan sosial.[6]
c. Prinsip Zakat
1. Keimanan
HR. Bukhori:
حَدَ ثَّنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُوْسَى
قَالَ اَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ اَبِي سُفْيَانَ عَنْ عَكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَال َ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بْنِي الْاِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ اَنْ لَّا
اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ وَاِقَا مَ الصَّلَا ةِ
وَاِيْتَاءِالزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Nabi SAW. Bersabda:”Islam dibangun atas lima
hal, yaitu syahadat, shalat, zakat, haji, puasa ramadhan.”
Zakat sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT yang berfungsi
mendekatkan diri kepada-Nya. Semakin taat manusia menjalankan perintahnya maka
makin dekat dengan Allah SWT, oleh karena itu zakat sebagai salah satu
manifestasi agamanya. Muzakki
berkeyakinan bahwa pembayaran zakat merupakan salah satu manifestasi keyakinan
agamanya, sehingga jika belum membayar maka belum sempurna ibadahnya.[7]
2. Pemerataan dan
Keadilan
HR. Bukhori:
حَدَّ ثَنَا مُوْسَى بْنُ اِسْمَاعِيْلَ
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بْنُ الْقَعْقَاعِ حَدَّثَنَا
اَبُوزُرْعَةَ حَدَّثَنَا اَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ
اِلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُوْلُ اللهِ اَيُّ
الصَّدَ قَةِ اَعْظَمُ اَجْرًا قَالَ اَنْ تَصَدَّقَ وَاَنْتَ صَحِيْحٌ شَحِيْحٌ تَخْشَى
الْفَقْرَ وَتَأْ مُلُ الْغِنِى وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى اِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُوْمَ
قُلْتَ لِفُلَا نٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلَا نٍ
“Datang seorang laki-laki pada Nabi
SAW. Dan bertanya: “Sedekah apa yang paling besar pahalanya?” “Sedekah
sedangkan kamu dalam keadaan baik atau sehat, sangat kikir, khawatir terjadi
kefakiran dan berangan-angan kekayaan, jangan engkau menunda sedekah hingga ruh
sampai ditenggorokan.”
Sedekah dianjurkan bagi orang yang sudah berkecukupan dan diberikan pada
yang berhak dan membutuhkan, agar mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Prinsip ini
mengajarkan membagi lebih adil atas harta yang telah diberikan pada Allah SWT.
pada umat manusia.[8]
3. Produktivitas Satu
Tuhan
HR. Ibnu Majah:
حَدَّ ثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِّي الْجَهْضَمِيُّ
حَدَّ ثَنَا شُجَا عُ بْنُ الْوَ لِيْدِ حَدَّ ثَنَا حَارِثَةُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ
عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُوْ لُ لَا زَكَاةَ فِي مَالٍ حَتَّى يَحُوْلَ عَلَيْهِ الْحَوْلِ
Aisyah ra. Berkata, saya mendengar rasulullah
SAW. Bersabda: “tidak ada zakat harta kecuali sudah mencapai satu tahun.”
Prinsip ini menekankan bahwa zakat memang harus dibayar karena
telah menghasilkan selama satu tahun yang merupakan ukuran normal memperoleh
hasil tertentu. Semakin tinggi produktivitas memanfaatkan waktu makin tinggi
nilai yang diperoleh.[9]
d. Fungsi Zakat
1. Spiritual
HR. Bukhori:
حَدَّ ثَنَا اَحْمَدُ بْنُ شَبِيْبِ
بْنِ سَعِيْدٍ حَدَّثَنَا اَبِي عَنْ يُوْنُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ
اَسْلَمَ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا فَقَالَ
اَعْرَابِيُّ اَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِ اللهِ وَالَّذِ يْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّ هَبَ
وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُوْ نَهَا فِي سَبِيْلِ اللهِ قَالَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ
اللهُ عضنْهُمَا مَنْ كَنَزَهَا فَلَمْ يُؤَدِّ زكَاَ تَهَا فَوَيْلٌ لَهُ اِنَّمَا كَانَ هَذَا قَبْلِ اَنْ تُنْزَلَ
الزَّكَاةُ فَلَمَّا اُنْزِلَتْ جَعَلَهَا اللهُ طُهْرًا لِلْاَ مْوَالِ
Orang Badui bertanya pada Ibnu Umar tentang
ayat yang artinya, “Orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya dijalan Allah.” Ibnu Umar berkata:”Celakalah orang yang
menyimpan harta dan tidak menafkahkannya dijalan Allah (tidak mengeluarkan
zakatnya), sesungguhnya ayat tersebut diterunkan sebelum adanya perintah untuk
berzakat, ketika ayat zakat diturunkan, maka Allah menjadikan zakat untuk
membersihkan harta.”
Fungsi zakat adalah membersihkan harta kekayaan atau asset yang
dimiliki setiap Muslim, sehingga harta yang dimiliki menjadi bersih, suci dan
berkah. Berkah adalah suatu kebaikan yang datang berulang-ulang, oleh karena
itu harta yang dikeluarkan untuk zakat akan diganti oleh Allah SWT. dengan
kebaikan yang berlipat-lipat.[10]
2. Ekonomi-Sosial
HR. Bukhori:
حَدَّثَنَا اَبُوْ عَاصِمٍ الضَّحَّا
كُ بْنُ مَخْلَدٍ عَنْ زكَرَيَّاءَ بْنِ
اِسْحَاقَ عَنْ يَحْيَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ صَيْفِيٌّ عَنْ اَبِي مَعْبَدٍ عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَعَثَ مُعَاذًا رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اِلَى الْيَمَنِ فَقَالَ ادْعُهُمْ
اِلَى شَهَادَةِ اَنْ لَا اِلَهَ اَلَّا اللهُ وَاَنِّي رَسُوْلُ اللهِ فَاِنَّ هُمْ
اَطَا عُوْا لِذَ لِكَ فَاَ عْلِمْهُمْ اَنَّ
اللهَ قَدْ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاةٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَ لَيْلَةٍ
فَاِنْهُمْ أَ طَا عُوْ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ الفْتَرَضَ
عَلَيْهِمْ صَدَقضةً فِي اَمْوَالِهِمْ تُؤْ خَذُ مِنْ اَغْنِيَا ئِهِمْ وَتُرَدُّ
عَلَى فُقَرَائِهِمْ
Nabi SAW. engutus Muad Ke Yaman, beliau
bersabda:”Ajaklah mereka baca syahadat, jika sudah taat maka sampaikanlah bahwa
Allah mewajibkan shalat lima kali sehari, jika taat maka sampaikanlah bahwa
Allah mewajibkan sedekah harta yang diambil dari yang kaya diberikan kepada
yang fakir.”
Dari hadist tersebut dapat dipahami bahwa zakat diambil dari orang kaya
dan diberikan kepada orang yang fakir miskin. Zakat begitu penting sebab zakat
dapat meningkatkan pendapatan fakir miskin, sehingga mereka dapat membeli
barang dan jasa yang dibutuhkan atau diberi modal.[11]
e. Jenis Zakat
Secara subtansial zakat dibagi menjadi empat,
antara lain:
1.
Zakat Fitrah
Menurut istilah adalah zakat yang
wajib dikeluarkan oleh setiap muslim setiap setahun sekali berupa makanan pokok
sesuai kadar yang telah ditentukan oleh syara’. Hukum membayar zakat fitrah adalah wajib bagi setiap musllim yang
memiliki sisa bahan makanan satu sa’ atau sekitar 2,5 kg. [12]
HR.
Bukhori:
حَدَ ثَنَا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدِ
بْنِ السَّكَنِ حَدَّ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَهْضَمٍ حَدَّ ثَنَا اِسْمَا عِيْلُ بْنُ
جَعْفَرٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ نَافِعٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِى اللهُ عَنْهُمَا
قَالَ فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صّلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًامِنْ
تَمْرٍ اَوْصَاعًامِنْ شَعِيْرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالْذَ كَرِ وَالاُ نْثَى
الصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَاَمَرَبِهَا اَنْ تُؤَدَّ ى قَبْلَ
خُرُوْ جِ النَّاسِ اِلَى الصَّلَا ةِ
Ibnu Umar
berkata: “Rasulullah mewajibkan zakat fitrah 1 sa’ dari kurma atau 1 sa’ gandum
kepada orang islam baik bagi budak atau merdeka laki-laki ataupun perempuan,
kecil atau besar. Kewajiban tersebut harus dibayar seabelum orang-orang
menunaikan sholat ied”[13]
2. Zakat Kekayaan
Zakat kekayaan
adalah berupa emas, perak, ternak, dan perdagangan. Pada permulaan Islam, emas
dan perak merupakan alat tukar menukar. Selain itu emas dan perak bisa juga dipergunakan
untuk perhiasan yang bisa juga sebagai barang perdagangan. Dalam melakukan
kegiatan perdagangan umat Islam menggunakan emas dengan satuan dinar dan perak
adalah dirham. Oleh sebab itu Islam sangat memperhatikan keadilan sosial dengan
mewajibkan orang kaya untuk melakukan zakat kekayaan.
HR. Ahmad:
حَدَّ ثَنَا عَبْدُ
الرَّزَاقِ حَدَّ ثَنَا مَعْمَرٌعَنْ عَاصِمٍ عَنْ اَبِى صَالَحٍ عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُوْ لُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَنَ لَهُ مَالٌ
فَلَمْ يُؤَدِّ حَقَّهُ جُعِلَ يَوْمَ الْقِيَمَةِ شُجَاعٌ أَقْرَعُ لَهُ زَ بِيْبَتَانِ
يَتْبَعُهُ حَتَّي يَضَعُ يَدَهُ فِي فِيْهِ
فَلَا يَزَالُ يَقْضِمُهَا حَتَّي يُقْضَي بَيْنَ الْعِبَادِ
Rasulullah Saw
bersabda: “Barang siapa yang mempunyai harta dan tidak memenuhi haknya maka
pada hari kiamat Allah Swt akan menjadikan ular yang kepalanya tanpa bulu dan
memiliki dua bisa, ular itu mengejarnya sampai menggigit dan meremukkan tangan
orang terssebut sebelum hak hartanya di bayar”.
Jenis zakat yang harus dikeluarkan
adalah emas, perak, binatang ternak, dll. Kepemilikan uang kertas sebagai alat
tukar dapat dianalogkan pada emas dan perak, dan harta perdagangan dapat
dianalogkan pada kekayaan emas dan perak sebagai komoditi perdagangan. Nisab
kekayaan adalah sebagaimana tercantum dalam hadis berikut.
HR. Ibnu Majah:
حدَّ ثَنَا بَكْرُ بْنُ خَلَفٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى
قَالَ حَدَّ ثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُوْسَى اَنْبَأَ نَا اِبْرَاهِيْمُ بْنُ اِسْمَعِيْلَ
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ وَاقِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَعَا ئِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ
صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْ خُذُ مِنْ كُلِّ عِشْرِيْنَ دِيْنَارًا
فَصَا عِدًا نِصْفَ دِيْنَارٍ وَمِنَ الْاَرْبَعِيْنَ دِيْنَارٍ
“Nabi mengambil
setengah dinar dari setiap 20 dinar, dan satu dinar setiap 40 dinar.”
Dari hadis tersebut dapat diketahui bahwa
nisab kekayaan uang adalah 20 dinar (85 gr emas, sebagian ulama menyatakan
nisab emas sebesat 93.6 gr) sedangkan nisab perak adalah 5 awaq (595 gr perak).
Dan zakatnya adalah 2.5%, jika harga emas Rp 250.000/gr maka nisab kekayaannya
adalah Rp 21.250.000 per tahun, dan zakat yang wajib dikeluarkan adalah Rp
531.250, ketentuan tersebut berlaku jika:
·
Kekayaan tersebut milik penuh (semprna)
dan sudah diperhitungkan pembayaran hutang dan piutang.
·
Mencapai satu nisab.
·
Besarnya zakat menurut presentase
tertentu.
Nisab 40 ekor kambing zakatnya adalah satu
ekor kambing, dan 30 ekor sapi zakatnya adalah satu ekor anak sapi.
HR. Ibnu Majah:
حَدَّثَنَا أَ حْمَدُ بْنُ عُثْمَا نَ بْنِ حَكِيْمٍ ا لْأَوْ دِيُّ
حَدَّثَنَا أَبُوْ نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُوْ السَّلَا مِ بْنُ حَرْبٍ عَنْ
يَزِيْدَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هِنْدٍ عَنْ نَا فِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَرْبَعِيْنَ شَا ةً شَاةٌ أِلَي
عِشْرِيْنَ وَمَائَةٍ فَأِذَا زَا دَ تْ وَاحِدَةً فَفِيْهَا شَا تَا نِ أِلَي مِائَتَيْنِ
فَأِنْ زَا دَتْ وَاحِدَةً فَفِيْهَا ثَلَاثٌ شِيَا ةٍ أِلَي ثَلَا ثٍ مِئَةٍ فَأِنْ
زَا دَتْ فَفِي كُلِّ مِئَةٍ شَاةٌ لَا يُفَرَّ قُ بَيْنَ مُجْتَمِعٍ وَلَا يُجْمَعُ
بَيْنَ مُتَفَرِّ قٍ خَشْيَةَ الصَّدَقَةِ وَ كُلُّ خَلِيْطَيْنِ يَتَرَا جَعَا نِ
باِ لسَّوِ يَّةِ وَلَيْسَ لِلْمُصَدِّقِ هَرِ مَةٌ وَلَا ذَا تُ عَوَا رٍ وَلَا تَيْسٌ
اِلَا أَنْ يَشَا ءَ الْمُصَدِّقُ
Rasulullah Saw bersabda: “40 ekor kambing
zakatnya adalah 1 ekor sampai 120, apabila lebih satu hingga 200 maka zakatnya
2 ekor kambing dan bila bertambah asampai 300 maka zakatnya 3 ekor kambing.
Bila masih bertambah maka setiap 100 zakatnya 1 ekor kambing. Yang terkumpul
tidak boleh dipisah, yang terpisah tidak boleh dikumpulkan karena khawatir
bersedekah kambing tua, kambing buta dan kambing hutan, kecuali jika yang
keluar itu mau”.
HR. Turmudzi:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْمُحَا
رِبِيُّ وَاَبُو سَعِيْدٍ الْأَ شَجُّ قَا لَ حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَا مِ بْنِ
حَرْبٍ عَنْ خُصَيْفٍ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنُ مَسْعُوْ دٍ
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ فِي ثَلَا ثِيْنَ مِنْ
الْبَقَرِتَبِيْعٌ أَوْ تَبِيْعَةٌ وَفِي كُلِّ أَرْبَعِيْنَ مُسِنَّةٌ وَفِي
الْبَا بِ عَنْ مُعَا ذِ بْنِ جَبَلٍ قَا لَ أَبُو عِيْسَي هَكَذَا رَوَا هُ عَبْدُ
السَّلَا مِ بْنُ حَرْبٍ عَنْ خُصَيْفٍ وَعَبْدُ السَّلَا مِ ثِقَّةٌ حَا فِظٌ وَرَوَي
شَرِيْكٌ هَذَا الْحَدِيْثَ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ أَبِيْهِ عَبْدِ اللهِ وَاَبُو
عُبَيْدَةَ بْنُ عَبْدِ اللهِ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ عَبْدِ اللهِ أَبِيْهِ
Rasulullah Saw
bersabda: “30 ekor sapi zakatnya adalah 1 ekor sapi jantan/betina yang berumur
1 tahun, yang setiap 40 ekor sapi zakatnya 1 sapi yang sudah berumur 2 tahun
lebih”.
Harta perdagangan juga dikenakan zakat berdasarkan hadis nabi yang
memerintahkan untuk bersedekah, adalah
sebagai berikut:
HR. Abu Daud:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ دَاوُدَ بْنِ سُفْيَا
نَ حَدَّ ثَنَا يَحْيَى بْنُ حَسَّا نَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَا نُ بْنُ مُوْسَى أَبُوْ
دَاوُدَ حَدَّثَنَا جَعْفَرُبْنُ سَعْدِ بْنُ سُمَرَةَ بْنُ جُنْدُ بٍ حَدَّثَنَا خُبَيْبُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِيْهِ سُلَيْمَانَ
عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ قَالَ أَمَّا بَعْدُ فَاِنْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُنَا أَنَّ نُخْرِجَ الصَّدَقَةَ مِنَ الَّذِي
نُعِدُّ لِلْبَيْعِ
Rasulullah SAW memerintahkan mengeluarkan sedekah dari apa yang diusahakan
dalam jual beli.
Syarat-syarat kewajiban zakat untuk
hasil perniagaan sama dengan syarat untuk barang berharga. QS. Al-Baqarah: 267:
يَا
أيًّهَاَّالَّذِ يْنَ أمَنُوْا انْفِقُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ...
“Wahai orang-orang
yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik…,”
Barang barang perniagaan dinilai
(dihitung kewajiban zakatnya) pada akhir haul (genap setahun qamariah)
berdasarkan alat tukar yang digunakan pada saat pembelian barang. Zakat yang harus
dikeluarkan adalah 10/4 (2,5%).
Barang-barang yang dihasilkan dari
tambang (ma’din) emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 10/4
(2,5%) secara langsung. Di samping itu, barang-barang temuan dari penggalian
seperti Rikaz harus dizakati 1/5 (20%).
3. Zakat Penghasilan
Zakat penghasilan perlu
memperhatikan persyaratan tentang nisab dan haul harta untuk
menghitung dan mengeluarkan zakat. Disamping itu juga perlu memperhatikan
ketentuan mengenai kadar zakat yang harus dikeluarkan.
HR. Muslim:
حَدَّثَنِي أَبُوْ الطَّاهِرِ أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِ
بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِ بْنِ سَرْحٍ وَهَارُوْنُ بْنُ سَعِيْدٍ الْأَيْلِيُّ
وَعَمْرُو بْنُ سَوَادٍ وَالْوَلِيْدُ بْنُ شُجَاعٍ كُلُّهُمْ عَنْ ابْنِ وَهْبٍ قَالَ
أَبُو الطَّاهِرِ أَخْبَرَنَا عَبْدُاللهِ بْنُ وَهْبٍ عَنْ عَمْرِ بْنِ الْحَارِثِ
أَنَّ أَبَا الزُّ بَيْرِ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ يَذْكُرُ
أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيْمَا سَقَتْ
الْأَ نْهَارُ وَالْغَيْمُ الْعُشُوْرُ وَفِيْمَا سُقِيَ بِالسَّا نِيَةِ نِصْفُ
الْعُشْرِ
Rasulullah Saw bersabda: “apa yang diairi
dengan air sungai dikenakan zakat 1/10, yang disirami dikenakan separuh dari
1/10”.
HR. Ibnu Majah:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَ حَدَّثَانَ نُعَيْمُ بْنُ حَمَّادٍ حَدَّ ثَنَا ابْنُ الْمُبَا
رَكِ حَدَّ ثَنَا اُسَامَةُ بْنُ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنء جَدِّهِ عَبْدِ اللهِ
بْنِ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ اَنَّهُ اَخَذَ مِنْ
الْعَسَلِ الْعُشْرَ
Rosulullah SAW
mengambil 1/10 dari madu lebah sebagai zakatnya.
HR. An-Nasa’i:
أَخْبَرَ نَا اِسْمَعِيْلُ
بْنُ مَسْعُوْ دٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنَا رَوْحُ
بْنُ الْقَاسِمِ قَالَ حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ يَحْيَ بْنِ عُمَارَةَ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ اَبِي سَعِيْدِ الْخُدْرِيِّ
عَنْ رَ سُوْلُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ فِي الْبُرِّ
وَالتَّمْرِ زَكَاةٌ حَتَّي تَبْلُغَ خَمْسَةَ اَوْسُقٍ وَلَا يَحِلُّ فِي الْوَرِقِ
زَكَاةٌ حَتَّي تَبْلُغَ خَمْسَةَ اَوَاقٍ وَ لَا يَحِلُّ فِي اِ بِلٍ زَ كَا ةٌ حَتَّي
تَبْلُغَ خَمْسَ ذَوْدٍ
Rosulullah bersabda: “belum datang saat wajib
berzakat gandum dan kurma kecuali sampai 5 wasaq, dan belum wajib berzakat
waraq kecuali sampai 5 awaq dan belum tiba saat berzakat unta kecuali sampai 5
unta”.
2. Infaq
Infaq yang berasal dari bahasa arab
yang berarti mengeluarkan atau membelanjakan harta. Infaq adalah membayar
dengan harta, menegluarkan harta dan membelanjakan harta. Tujuannya adalah
untuk kebaikan, donasi, atau sesuatu yang bersifat untuk diri sendiri, atau
bahkan keinginan dan kebutuhan yang bersifat konsumtif.
HR. Ahmad:
حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ هَا رُوْنَ اَنْبَأَ نَا
هِشَامٌ عَنِ الْوَاصِلٍ عَنِ الْوَ لِيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّ حْمَنِ عَنْ عِيَاضِ
بْنِ غُطَيْفٍ قاَلَ دَخَلْنَا عَلَي اَبِي عُبَيْدَةَ نَعُوْ دُهُ قَالَ اِنِّي سَمِعْتُ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْ لُ مَنْ اَنْفَقَ نَفَقَةً
فَاضِلَةً فِي سَبِيْلِ اللهِ فَبِسَبْعِ مِئَةٍ وَمَنْ اَنْفَقَ عَلَي نَفْسِهِ اَوْعَلَي
اَهْلِهِ اَوْ عَادَ مَرِ يْضًا اَوْ مَازَ اَذَي عَنْ طَرِيْقٍ فَهِيَ حَسَنَةٌ بِعَشْرِ
اَمْثَا لِهَا
Rosulullah Saw bersabda: “barang siapa
menafkahkan hartanya diluar kebutuhan di jalan Allah Swt maka ditulis 700
cabang. Barang siapa menafkahkan hartanya untuk dirinya atau keluarganya atau
menjenguk orang sakit atau menyingkirkan sesuatu yang bisa membahayakan di
jalan maka baginya 10 kebaikan”.
Prinsip infaq adalah menerima hak
pemilikan secara pribadi dan menganjurkan untuk menafkahkannya, karena hal itu
dapat menolong diri kita pada hari yang pada hari itu tidak ada jual beli lagi
dan tidak ada lagi syafa’at. Islam tidak meminta seseorang melupakan hak milik
pribadinya tetapi sekedar mengingatkan seseorang untuk menafkahkan hartanya
setelah terpenuhi kebutuhannya. Dengan demikian pengertian infaq adalah
mengeluarkan kemaslahatan umum. Zakat dan infaq merupakan dua sejoli yang diwajibkan
atas kekayaan. Bedanya jika zakat berdasarkan ketentuan, jenis dan kadar
tertentu dengan jumlah yang permanen sampai hari kiamat, sedangkan infaq tidak
ada ketentuan khusus tetapi berdasarkan kepentingan kemaslahatan umum.
3. Sedekah
Sedekah yang berasal dari bahasa
arab yang artinya hampir mirip dengan
infaq, tetapi lebih spesifik. Sedekah adalah membelanjakan harta atau
mengeluarkan dana dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah Swt, yaitu
maksudnya adalah beribadah dan hukumnya adalah sunnah.[14]
HR. Bukhori:
حَدَّثَنَا اِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُوْرٍ قَالَ
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّا مِ بْنِ
مُنَبِّهٍ عَنْ اَبِي هُرَيْرَة َقَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ
وَ سَلَّمَ اِذَا اَحْسَنَ اَحَدُ كُمْ اِسْلَا مَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا
تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ اَمْثَا لِهَا اِلَي سَبْعِ مِا ئَةِ ضِعْفٍ وَكُلُّ سَيِّئَةٍ
يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا
Rasulullah Saw
bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian baik islamnya maka setiap kebaikan
yang dilakukan ditulis 10 kali sampai 700 kali lipat, dan setiap kejelekan yang
dilakukan maka akan ditulis yang sama dengan yang dilakukannya”.
Dengan bersedekah dijamin bahwa harta tidak akan habis tetapi Allah
SWT. akan melipat gandakan setiap harta yang telah dikeluarkan untuk
bersedekah. Al-Ghozali memformulasikan dengan laba di akhirat, oleh sebab itu
seorang pelaku bisnis hendaknya mencari laba di dunia juga laba di akhirat
dengan menyisihkan sebagian penghasilan untuk membantu yang lemah yakni dengan bersedekah.
C.
Penghargaan
terhadap nilai sedekah
Baik zakat, sedekah, maupun infaq memiliki beberapa hikmah dan
manfaat bagi masing-masing individu maupun untuk kesejahteraan ummat, secara
umum seperti:[15]
1. Sebagai sarana
penyangga kerawananan social
2. Sebagai sarana
pemuliaan manusia
3. Sebagai sarana konsolidasi umat
4. Sebagai sarana
pembelaan terhadap kemanusiaan
5. Sebagai sarana
pemberdayaan ummat
6. Sebagai sarana
pendorong kebangkitan ekonomi ummat
7. Sebagai penghargaan terhadap kinerja
EVALUASI:
1. Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu seperti emas, perak, permata, rumah dan tanah,
kendaraan, uang simpanan, dan lain sebagainya. Sedangkan mereka yang berhak menerima zakat
yaitu mereka yang termasuk 8 golongan yaitu: orang fakir, orang miskin, amil zakat, mualaf,
hamba sahaya, orang yang berhutang, fi sabilillah, dan ibnu sabil.
kendaraan, uang simpanan, dan lain sebagainya. Sedangkan mereka yang berhak menerima zakat
yaitu mereka yang termasuk 8 golongan yaitu: orang fakir, orang miskin, amil zakat, mualaf,
hamba sahaya, orang yang berhutang, fi sabilillah, dan ibnu sabil.
2. Mengenai zakat melalui online diperbolehkan, namun harus jelas mengenai syarat dan rukunnya.
Zakat online termasuk ke dalam zakat profesi.
Zakat online termasuk ke dalam zakat profesi.
3. Orang yang dalam keadaan kurang mampu dan tetep mengeluarkan zakat, namun berharap dari
zakat tersebut ia akan menerima balasan yang lebih. Apakah boleh? Sesungguhnya zakat termasuk
ke dalam rukun Islam yang bagaimanapun juga diperlukan keikhlasan serta hanya mengharapkan
ridho Allah dalam menjalankannya.
zakat tersebut ia akan menerima balasan yang lebih. Apakah boleh? Sesungguhnya zakat termasuk
ke dalam rukun Islam yang bagaimanapun juga diperlukan keikhlasan serta hanya mengharapkan
ridho Allah dalam menjalankannya.
4. Orang kaya (sebatang kara) yang mengurus anak yatim, kemudian ia meninggal dunia. Lalu
apakah hartanya wajib dikeluarkan zakatnya atau tidak? Sebaiknya harta orang tersebut diserahkan
ke Baitul Mal atau lembaga pengadilan agama untuk dikelola.
apakah hartanya wajib dikeluarkan zakatnya atau tidak? Sebaiknya harta orang tersebut diserahkan
ke Baitul Mal atau lembaga pengadilan agama untuk dikelola.
5. Uang sedekah yang kemudian digunakan untuk modal suatu usaha diperbolehkan.
6. Zakat yang diberikan langsung kepada seseorang tanpa melalui amil zakat, maka zakat tersebut
dianggap sebagai sedekah.
dianggap sebagai sedekah.
7. Zakat bagi orang-orang yang ahli ibadah, mereka menganggap bahwasanya zakat merupakan alat
atau media sebagai penyucian jiwa tanpa mengharapkan kembali imbalan. Jika ia meminta imbalan
maka Allah bisa saja tidak memberinya ketika di dunia, melainkan di akhirat.
atau media sebagai penyucian jiwa tanpa mengharapkan kembali imbalan. Jika ia meminta imbalan
maka Allah bisa saja tidak memberinya ketika di dunia, melainkan di akhirat.
[1]
Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Fiqh Zakat, (Surabaya:
Bidang Haji, Zakat, dan Wakaf) 2011, hal. 56-57