Sabtu, 21 Oktober 2017

ETOS KERJA DAN KEWIRAUSAHAAN

A.      Anjuran Berusaha Keras
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ الْيّدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ وَ خَيْرٌ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى وَ مَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفًهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ
Nabi SAW. bersabda: “Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, mulailah orang yang wajib kamu nafkahi, sebaik-baik sedekah dari orang yang tidak mampu (diluar kecukupan), barang siapa yang memelihara diri (tidak meminta-minta) maka Allah akan memeliharanya, barang siapa yang mencari kecukupan maka akan dicukupi oleh Allah.”
Islam mencela orang yang mampu untuk bekerja dan memiliki badan yang sehat tetapi tidak mau berusaha keras. Seorang muslim harus dapat memanfaatkan karunia yang diberikan Allah SWT. yang berupa kekuatan dan kemampuan diri untuk bekal hidup layak di dunia-akhirat. Etos kerja yang tinggi merupakan cerminan diri seorang muslim.

B.       Konsep Dasar Kewirausahaan
Kewirausahaan merupakan ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidupnya. Unsur-unsur kewirausahaan meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang.
Adapun entrepeneur adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur kewirausahaan secara internal, mengelola dan berani menanggung resiko untuk memanfaatkan peluang usaha dan menciptakan sesuatu yang baru dengan keterampilan yang dimiliki.
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُ الْكَسْبُ يَدِ الْعَا مِلِ إِذَا نَصَحَ
Nabi SAW bersabda: “Usaha yang paling baik adalah hasil karya seseorang dengan tangannya jika ia jujur (bermaksud baik).”
Dengan demikian, selain memiliki etos kerja yang tinggi, seorang muslim harus mempunyai jiwa wirausaha agar usahanya dapat berkembang dengan baik, dan tidak mengalami kerugian, karena pada hakikatnya kewirausahaan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan mewujudkan gagasan inovatif dan kreatif.[1]

C.      Bekerja dan Berwirausaha menurut Perspektif Hadis Nabi
Bekerja dan berwirausaha sangat dianjurkan dalam Islam agar manusia dapat mandiri dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dan membantu orang lain secara ekonomi baik melalui sedekah, infak, maupun zakat. Orang yang bekerja kemudian mendapatkan hasil dari jerih payahnya sendiri akan terhindar dari sikap dan sifat meminta-minta karena orang yang suka meminta-minta pada dasarnya merendahkan dirinya sendiri.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ يَقُوْلُ: لأَنْ يَغْدُوَ أَحَدُكُمْ فَيَحْطِبَ عَلَى طَهْرِهِ فَيَتَصَدَّقَ بِهِ وَيَسْتَغْنِىَ بِهِ مِنَ النَّاسِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًا أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ ذَلِكَ فَإِنَّ الْيَدَ الْعُلْيَا أَفْضَلُ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
“Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda. “Hendaklah seseorang di antara kalian pergi pagi-pagi mencari kayu dan dipikul di atas punggungnya kemudian (menjualnya) lalu bersedekah dengannya serta tidak butuh pada pemberian orang lain lebih baik baginya daripada meminta kepada orang lain diberi atau tidak, karena sesungguhn ya tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu.” (HR. Muslim)
Menurut Islam, tujuan bekerja dan berwirausaha tidak semata-mata untuk mendatangkan keuntungan yang bersifat materiel. Akan tetapi didalamnya terdapat nilai ibadah yang dapat memperkuat mental spiritual pelakunya, yang digambarkan oleh Nabi dengan istilah sedekah.
Menurut Sadono Sukirno, ada beberapa dasar pertimbangan yang menjadikan aktivitas ekonomi yang dilakukan dipandang sebagai ibadah, yaitu:
1.    Akidah harus lurus.
2.    Niat harus lurus.
3.    Cara melakukan kerja yang sesuai dengan ajaran Islam.
4.    Hasilnya betul dan membawa faedah kepada masyarakat banyak.
5.    Tidak meninggalkan ibadah wajib yang khusus.[2]

D.      Karakteristik Wirausaha
Menurut Sadono Sukirno, ciri-ciri wirausahawan yang sukses adalah sebagai berikut:
1.    Percaya diri.
2.    Berorientasi kemanusiaan.
3.    Berorientasi tugas dan keputusan.
4.    Sikap keaslian ide dan kreatif.
5.    Berorientasi masa depan.
6.    Bersedia mengambil resiko.
7.    Kemampuan membuat keputusan.
8.    Berorientasi perencanaan.
9.    Kemampuan mendirikan perusahaan.
10.     Kemampuan manajemen.

E.       Fungsi dan Peran Wirausaha
Dapat dilihat melalui dua pendekatan, yaitu melalui pendekatan mikro dan makro. Secara mikro, wirausaha berperan sebagai inovator atau penemu dan sebagai planner atau perencana. Kedua peran ini saling berkaitan satu sama lain dalam mengantarkan wirausaha mencapai sukses dan tidak bisa hanya menggunakan satu peran dan meninggalkan peran lainnya.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا التَّقُوْا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّ مَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوْا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Hasyr: 18)

Secara makro, peran wirausaha adalah menciptakan kemakmuran, memeratakan kekayaan, dan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perekonomian suatu negara.[3]







[1] Ilfi Nur Diana, Hadis-hadis Ekonomi (Malang: SUKSES Offset, 2008), hal. 209-215.
[2] Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi (Jakarta: Prenadamedia Group,
   2015), hal. 293-311.
[3] Ibid., hal. 310.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LARANGAN JUAL BELI DALAM ISLAM

A.       Larangan dalam Jual Beli Menurut Islam Rasullullah sangat melarang sikap dan perilaku negatif dalam jual beli, diantaranya adal...