النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ الْيّدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ
السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ وَ خَيْرٌ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى وَ
مَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفًهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ
Nabi SAW. bersabda: “Tangan di atas lebih baik dari tangan di
bawah, mulailah orang yang wajib kamu nafkahi, sebaik-baik sedekah dari orang
yang tidak mampu (diluar kecukupan), barang siapa yang memelihara diri (tidak
meminta-minta) maka Allah akan memeliharanya, barang siapa yang mencari
kecukupan maka akan dicukupi oleh Allah.”
Islam mencela orang yang mampu untuk
bekerja dan memiliki badan yang sehat tetapi tidak mau berusaha keras. Seorang
muslim harus dapat memanfaatkan karunia yang diberikan Allah SWT. yang berupa
kekuatan dan kemampuan diri untuk bekal hidup layak di dunia-akhirat. Etos
kerja yang tinggi merupakan cerminan diri seorang muslim.
B.
Konsep Dasar Kewirausahaan
Kewirausahaan
merupakan ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku
seseorang dalam menghadapi tantangan hidupnya. Unsur-unsur kewirausahaan
meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan
memanfaatkan peluang.
Adapun
entrepeneur adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur
kewirausahaan secara internal, mengelola dan berani menanggung resiko untuk
memanfaatkan peluang usaha dan menciptakan sesuatu yang baru dengan
keterampilan yang dimiliki.
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُ الْكَسْبُ
يَدِ الْعَا مِلِ إِذَا نَصَحَ
Nabi
SAW bersabda: “Usaha yang paling baik adalah hasil karya seseorang dengan
tangannya jika ia jujur (bermaksud baik).”
Dengan
demikian, selain memiliki etos kerja yang tinggi, seorang muslim harus
mempunyai jiwa wirausaha agar usahanya dapat berkembang dengan baik, dan tidak
mengalami kerugian, karena pada hakikatnya kewirausahaan adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan mewujudkan gagasan inovatif dan
kreatif.[1]
C.
Bekerja dan Berwirausaha menurut Perspektif Hadis Nabi
Bekerja
dan berwirausaha sangat dianjurkan dalam Islam agar manusia dapat mandiri dalam
memenuhi segala kebutuhan hidupnya dan membantu orang lain secara ekonomi baik
melalui sedekah, infak, maupun zakat. Orang yang bekerja kemudian mendapatkan
hasil dari jerih payahnya sendiri akan terhindar dari sikap dan sifat
meminta-minta karena orang yang suka meminta-minta pada dasarnya merendahkan
dirinya sendiri.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَمَ يَقُوْلُ: لأَنْ يَغْدُوَ أَحَدُكُمْ فَيَحْطِبَ عَلَى طَهْرِهِ
فَيَتَصَدَّقَ بِهِ وَيَسْتَغْنِىَ بِهِ مِنَ النَّاسِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ
يَسْأَلَ رَجُلًا أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ ذَلِكَ فَإِنَّ الْيَدَ الْعُلْيَا
أَفْضَلُ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
“Dari Abu Hurairah r.a.,
katanya: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda. “Hendaklah seseorang di antara
kalian pergi pagi-pagi mencari kayu dan dipikul di atas punggungnya kemudian
(menjualnya) lalu bersedekah dengannya serta tidak butuh pada pemberian orang
lain lebih baik baginya daripada meminta kepada orang lain diberi atau tidak,
karena sesungguhn ya tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah dan
mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu.” (HR. Muslim)
Menurut
Islam, tujuan bekerja dan berwirausaha tidak semata-mata untuk mendatangkan
keuntungan yang bersifat materiel. Akan tetapi didalamnya terdapat nilai ibadah
yang dapat memperkuat mental spiritual pelakunya, yang digambarkan oleh Nabi
dengan istilah sedekah.
Menurut
Sadono Sukirno, ada beberapa dasar pertimbangan yang menjadikan aktivitas
ekonomi yang dilakukan dipandang sebagai ibadah, yaitu:
1.
Akidah
harus lurus.
2.
Niat
harus lurus.
3.
Cara
melakukan kerja yang sesuai dengan ajaran Islam.
4.
Hasilnya
betul dan membawa faedah kepada masyarakat banyak.
5.
Tidak
meninggalkan ibadah wajib yang khusus.[2]
D.
Karakteristik Wirausaha
Menurut
Sadono Sukirno, ciri-ciri wirausahawan yang sukses adalah sebagai berikut:
1.
Percaya
diri.
2.
Berorientasi
kemanusiaan.
3.
Berorientasi
tugas dan keputusan.
4.
Sikap
keaslian ide dan kreatif.
5.
Berorientasi
masa depan.
6.
Bersedia
mengambil resiko.
7.
Kemampuan
membuat keputusan.
8.
Berorientasi
perencanaan.
9.
Kemampuan
mendirikan perusahaan.
10.
Kemampuan
manajemen.
E.
Fungsi dan Peran Wirausaha
Dapat
dilihat melalui dua pendekatan, yaitu melalui pendekatan mikro dan makro. Secara
mikro, wirausaha berperan sebagai inovator atau penemu dan sebagai planner atau
perencana. Kedua peran ini saling berkaitan satu sama lain dalam mengantarkan
wirausaha mencapai sukses dan tidak bisa hanya menggunakan satu peran dan
meninggalkan peran lainnya.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا التَّقُوْا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ
نَفْسٌ مَا قَدَّ مَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوْا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيْرٌ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Hasyr: 18)
Secara
makro, peran wirausaha adalah menciptakan kemakmuran, memeratakan kekayaan, dan
kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perekonomian suatu
negara.[3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar